:: Di beranda, baru saja aku kembali dari Simarjarunjung, berkemah sehari di sana, seperti biasa-sendiri. Ransel yang kumal bersandar di dinding rumah-ia tampak sama lelahnya denganku. Sekenanya kusalin pakaian & segera, ritual kala senja: menyeduh teh hangat. di sini.
Seperti biasa, duduk di meja bundar yang dari sejak kamu mengenalku, selalu memutar semua ingatan yang pernah kurasai. Menyeruput teh pelan-pelan, kali ini seperti memutar Korine Conception - Eleanor Whisper.
Langit sore ini mendung, murung, mungkin ingin sepertiku, senada denganku. Entah kenapa, begitu bodoh masih memutar-mutar kembali sesuatu yang seharunya dilupakan, dihapus di ingatan. Apa ini tanda aku tidak akan bisa menghilangkan dia? Lagi-lagi aku belum menemukan raut yang bisa mengusir wajahnya, atau menemu kata-kata yang tepat untuk menimpanya hingga tak meninggalkan bekas, tanda, alurnya-alirnya.
Langit sore ini mendung, murung, mungkin ingin sepertiku, senada denganku. Entah kenapa, begitu bodoh masih memutar-mutar kembali sesuatu yang seharunya dilupakan, dihapus di ingatan. Apa ini tanda aku tidak akan bisa menghilangkan dia? Lagi-lagi aku belum menemukan raut yang bisa mengusir wajahnya, atau menemu kata-kata yang tepat untuk menimpanya hingga tak meninggalkan bekas, tanda, alurnya-alirnya.
#rumahira
backsound: [cinta lalu- gigi]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mari Cerita...